Sabtu, 01 Oktober 2022

PELUANG DAN TANTANGAN PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN GLOBAL




Peluang dan Tantangan Penerapan Pancasila

Peluang penerapan Pancasila merupakan kesempatan dan usaha mencapai persatuan dan kesatuan dengan menerapkan nilai Pancasila. Peluang penerapan Pancasila ini dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di era globalisasi dan digital seperti sekarang, peluang penerapan Pancasila bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi informasi.

Dengan teknologi informasi, kita bisa mengampanyekan nilai-nilai Pancasila ke seluruh dunia dengan mudah dan cepat. Sehingga praktik kehidupan sehari-hari yang berpedoman pada Pancasila bisa menjadi inspirasi negara-negara lain di dunia.

Beberapa contoh peluang Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

1). Menyuarakan dana bantuan melalui website.

2). Berdiskusi jarak jauh.

3). Menyebarkan bantuan melalui pesan.

4)   Mengoreksi informasi hoaks.

5)    Menyuarakan Bhinneka Tunggal Ika di Media Sosial.

6)      Membuat komunitas keagamaan di media sosial.

7)      Mendengarkan ceramah melalui video tentang kampanye kemanusiaan melalui media sosial.

8)      Ikut komunitas tanaman hias.

9)      Konsultasi daring dengan dokter hewan.

Contoh Peluang Pancasila di Era Digital

1. Landasan menyebarkan kebaikan yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila.

2. Dasar filter penerimaan atau penolakan budaya asing.

3. Berpeluang menjadi identitas negara.

4. Sebagai landasan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

5. Menjadi pelindung budaya Indonesia dari pengaruh budaya asing.

6. Menumbuhkan rasa nasionalisme.

 7. Beperan sebaga penyaring berbagai ideologi asing yang masuk ke Indonesia.

8. Landasan dalam bertindak yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

9. Menumbuhkan rasa bangga terhadap Tanah Air.

Selain itu, Pancasila sebagai ideologi negara yang terbuka juga dapat menyerap nilai-nilai baru yang bermanfaat dan tidak menyimpang.


TUGAS KELOMPOK KELAS X FASE E SEMESTER 1

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN 

SMK NU MA'ARIF 2 KUDUS 

Peserta didik dapat memilih tantangan penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari di bawah ini kemudian jadikan sebagai judul/bahan dalam pembuatan artikel dengan media blogger sesuai kreatifitas pada kelompok kalian. Berikut link cara pembuatan blogger :   

https://www.youtube.com/watch?v=yire0W7U130

Tantangan Penerapan Pancasila

Penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari juga memunculkan tantangan tersendiri bagi generasi muda saat ini, apalagi dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih. 

Tantangan Penerapan Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari, antara lain:

  1. Munculnya paham atau pemikiran baru yang bertentangan dengan nilai-nilai dan ideologi Pancasila.
  2. Masuknya budaya asing yang dapat mengikis budaya asli Indonesia.
  3. Masuknya kebiasaan dan informasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai penggunaan gadget yang berlebihan.
  4. Berkembangnya hoaks yang kini sangat masif di media sosial yang tak jarang bersifat            merugikan.
  5. Banyak ujaran kebencian dan SARA yang tidak sesuai dengan tujuan Pancasila.
  6. Kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga nilai Pancasila.
  7. Banyak generasi muda yang ikut-ikutan tren tanpa memikirkan identitas bangsa. 
  8. Adanya berbagai ideologi asing yang masuk Indonesia.
  9. Masuknya berita bohong atau hoaks.
  10. Indonesia memiliki banyak latar belakang suku dan budaya, sehingga ada tantangan bagi             masyarakat untuk bersikap saling menghargai dan mencegah diskriminasi
  11. Masih banyak contoh kurangnya pengawasan dan hukuman dari pihak berwajib bagi orang          yang berlaku tidak adil.
  12. Penggunaan gadget berlebihan, sehingga orang Indonesia mudah terpengaruh hal-hal negatif        dan kurang beradab.
  13. Adanya kesenjangan sosial dan ekonomi antar daerah menurunkan rasa nasionalisme dan            persatuan masyarakat.




CONTOH KUMPULAN ARTIKEL TANTANGAN PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA 
DI ERA DIGITAL


KASUS  ANCAMAN BERITA HOAX BAGI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

Jakarta - Deputi Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menggelar webinar bertema 'Gotong Royong Pembumian Pancasila Melalui Media' hari ini. Adapun acara tersebut dihadiri lebih dari 130 peserta.
Dalam kesempatan tersebut, Sekretaris Utama BPIP, Karjono menjelaskan bahwa saat ini tidak ada batasan ruang dan waktu dalam mendapatkan informasi.

"Di era milenial dan digital ini ketika informasi tidak ada batasan ruang dan waktu," ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (27/2/2021).

Karjono menjelaskan tidak adanya batasan ruang membuat banyaknya berita hoaks bermunculan. Oleh karena itu, ia mengimbau agar masyarakat selalu menggunakan hati dan bijak dalam menggunakan media sosial.

"Tidak menutup kemungkinan ada berita hoaks oleh karena itu mari menggunakan hati dalam menggunakan media yaitu santun sopan dan bijak dalam menggunakannya," katanya.

Guna mencegah hoaks, Karjono menjelaskan seluruh pihak juga harus mendukung dan menghargai UU ITE dan Pers. Ia menegaskan pers dan semua pihak harus membuat media sosial menjadi tempat nyaman untuk mencari informasi.

Baca juga:
Polisi Ajak AMSI Jatim Perangi Hoaks
"Kami mendukung dan menghargai UU ITE dan Pers karena kemerdekaan dan kebebasan pers dijamin di negara ini. Tapi bebas bukan berati bebas sepenuhnya karena masih harus berdasarkan norma, tidak membalikkan fakta, dan lainnya. Untuk itu mari membuat media nyaman," imbuhnya.

Di sisi lain, Staf Ahli Menteri Bidang Komunikasi dan Media Massa Kementerian Komunikasi dan Informatika, Henri Subiakto menjelaskan bahwa di era digital ini penting untuk memahami dan menjaga Pancasila bersama-sama.

"Di era sekarang harus memahami bahwa Pancasila dan negara adalah anugerah yang harus dijaga. Kebinekaan yang sangat luar biasa bisa bersatu karena dulu founding father berjanji dan disatukan oleh semangat yang sama membangun bangsa dengan Ideologi Pancasila," jelasnya.

Henri menegaskan Indonesia merupakan wilayah yang jadi rebutan. Bahkan, tak jarang orang yang juga ingin menancapkan ideologi baru di Indonesia.

Oleh karena itu, ia mengimbau agar seluruh pihak bekerja sama menjaga bangsa Indonesia. Terlebih saat ini, kebenaran semu banyak terjadi di media sosial.

"Kebenaran semu banyak tercipta yang seakan benar karena pendukungnya banyak padahal belum tentu secara hakikat seperti itu," paparnya..

Menurutnya, pers sekarang tidak bisa dipisahkan dengan digital dan harus berada di ruang digital.

"Pers memiliki tanggung jawab menjaga nilai kebijakan, memperkuat nilai kebangsaan, dan konten yang positif bukan keranjang sampah," katanya.

Di sisi lain, Staf khusus Presiden, Ayu Kartika Dewi menegaskan bahwa fungsi media bukan hanya sekadar hiburan.

"Fungsi media itu buka sebagai hiburan saja, media adalah sekolah sepanjang masa," tegasnya.

Ayu juga menambahkan saat ini media berperan penting dalam banyak hal mulai dari menjadi mata publik hingga mengajarkan norma di masyarakat.

"Peran penting media masa adalah menjadi mata publik, menjelaskan berbagai fenomena, pendidikan mengajarkan norma, dan hiburan," katanya.

Terkait hal ini, Ayu juga menyampaikan implementasi Pancasila sangat diperlukan. Menurutnya, implementasi Pancasila yang baik adalah internalisasi terhadap diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP, Antonius Benny Susetyo menjelaskan saat ini di media banyak orang bertopeng yang ingin menunjukkan eksistensinya.

"Di media sekarang orang itu anonim sehingga orang bisa menggunakan topeng karena tidak berhadapan langsung dengan orangnya. Dalam topeng ini memerankan banyak peran karena ingin menunjukkan eksistensinya," jelasnya.

Baca artikel detiknews, "Cegah Hoaks, BPIP Gelar Webinar soal Implementasi Pancasila di Medsos" selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-5474239/cegah-hoaks-bpip-gelar-webinar-soal-implementasi-pancasila-di-medsos.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Soal unsur SARA, Benny menambahkan media sosial menjadi magnet kuat yang tentunya membahayakan keutuhan bangsa.

"Permasalahan SARA sangat kuat untuk menjadi magnet perbincangan di media massa dan banyak segmennya. Ini tentunya membahayakan keutuhan bangsa," paparnya.

Terkait hoax, Benny mengatakan hoaks dapat menimbulkan kepanikan dan menghancurkan kultur kemanusiaan sehingga perlu dilawan dengan konten positif.

"Hoaks menciptakan kepanikan, menghancurkan kultur kemanusiaan, dan menghilangkan harapan. Kita harus merebut ruang publik dengan konten positif. Jika ini terus menerus diisi maka perilaku positif akan terwujud," katanya..

Untuk itu, Benny berpesan peran media sosial harus mampu memajukan peradaban dan menjaga moralitas publik.

"Peran ke depan media sosial harus mampu mewujudkan untuk memajukan peradaban bukan penghancur keadaban serta menjaga moralitas publik," pungkasnya.
(prf/ega)


Tantangan Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Dari Sila Pertama Sampai Sila Kelima

    Globalisasi  merupakan sebuah tantangan dan juga peluang yang harus di hadapi oleh seluruh bangsa di dunia termasuk Indonesia. Perkembangan teknologi dan informasi sangat pesat sehingga menimbulkan berbagai dampak positif dan dampak negatif bagi kehidupan kita. Di sinilah peran Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa diperlukan karena Pancasila merupakan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh para pendahulu bangsa Indonesia. Nilai-nilai luhur tersebut digunakan sebagai pedoman dalam berperilaku sehari-hari, baik sebagai diri sendiri maupun sebagai anggota masyarakat. 
    Tantangan nyata yang harus dihadapi oleh Bangsa Indonesia saat ini adalah era globaliasi. Dalam merespon globalisasi kita harus tetap berpegang teguh dengan nilai-nilai yang ada di dalam Pancasila. Contoh ancaman-ancaman yang sekarang ini banyak sekali kita dengar yaitu kabar mengenai isu SARA, fenomena intoleransi, kabar-kabar hoax, dan banyak sekali tindakan provokasi yang menghiasi berita di televisi kita. Hal ini adalah dampak negatif dari era globalisasi saat ini. Di era globalisasi, peran Pancasila ini sangatlah penting karena dapat digunakan sebagai pembatas atau penyaring budaya-budaya yang sesuai dengan Bangsa Indonesia. Banyak sekali budaya yang tidak sesuai jika di terapkan di Indonesia jadi kita harus tetap menyeleksi dan mengambil yang bermanfaat saja seperti perkembangan teknologi, informasi, dan pengetahuan. Salah satu tantangan globalisasi yang sekarang terjadi adalah banyak sekali pemahaman atau tindakan yang tidak mencerminan aktualisasi nilai-nilai ideologi Pancasila. 

    Sila pertama adalah tantangan aktualisasi nilai Sila Kesatu dalam pancasila pada diri anak bangsa yang merupakan hasil dari nilai spiritualitas Ketuhanan yang Maha Esa melawan berbagai paham seperti komunisme, teokrasi, dan liberalism. Tantangan tersebut dapat tercipta karena adanya perspektif dari warga negara yang melihat adanya alternative ideologi agama bagi negara kita misalnya ingin membentuk negara khilafah. Selain itu juga masih ditemukan masyarakat yang tingkah lakunya tidak mencerminkan perilaku orang yang beragama. Jadi agama ini hanya digunakan sebagai syarat administrasi yang ada di dalam KTP, tetapi tidak diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

  Sila Kedua dalam Pancasila yaitu nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab melawan fundamentalisme dan sektarian. Sila kedua ini mengandung makna bahwa setiap manusia berhak mendapatkan nilai pengakuan yang sama sebagai makhul individu ataupun sebagai makhluk sosial. Tantangan aktualisasi dari sila kedua ini adalah mengenai pengakuan hak-hak seperti  hak memperoleh informasi,  hak mendapatkan penghormatan atas harga diri, dan juga hak untuk beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing. Sekarang ini masih banyak perilaku yang menyimpang dari sila kedua seperti perilaku persekusi, perundungan, dan menghujat orang lain. Seharusnya masyarakat berpikir bahwa setiap orang itu memiliki harkat dan martabat yang sama. Selain itu, kita sebagai manusia seharusnya lebih meningkatkan rasa tenggang rasa terhadap sesama.

     Sila Ketiga dalam Pancasila yaitu Persatuan Indonesia melawan nilai hegemoni dan komunitas. Sila ketiga mengandung nilai kesatuan dan keterikatan sebagai seuatu negara yang sudah merdeka. Tantangan aktualisasi dari sila ketiga ini adalah adanya masyarakat yang memiliki sifat persatuan tetapi itu hanya dalam kelompoknya saja. Ini membuktikan bahwa sebagian masyarakat Indonesia lebih mementingkan kepentingan kelompoknya daripada Bangsa Indonesia secara luas. Selain itu, ada juga orientasi yang lebih parah lagi yaitu menganggap negara sebagai agama dalam perspektif baru. Maksudnya adalah mereka hanya menerima aturan-aturan tertentu saja yang sesuai dengan agama mereka dan jika tidak sesuai mereka akan menolaknya. Pemikiran seperti ini lah yang menurut saya bisa mengurangi nilai persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia.
    
   Sila Keempat dalam Pancasila yaitu Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan melawan nilai liberalism dan sektarianisme. Sila keempat ini mengandung nilai-nilai demokrasi yang dapat menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa, serta dapat meningkatkan kesejahteraan bersama. Contoh tantangan pada sila keempat ini adalah politik identitas. Dalam pelaksanaannya para elite politik akan mengajak masyarakat untuk memilih tokoh berdasarkan etnisitas. Hal ini menurut saya sangat tidak mencerminkan nilai demokrasi yang adil.  Selain itu, juga ada politik uang yang dimana masyarakat Indonesia akan memilih calon pemimpin berdasarkan uang yang telah diberikan. Ini tentu saja bertentangan dengan nilai sila keempat. Seharusnya sebagai warga negara yang baik kita harus memilih calon pemimpin berdasarkan kemampuannya, bukan berdasarkan uang yang telah diberikan.

  Sila Kelima dalam Pancasila yaitu Keadian Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia melawan kapitalisme dan individualisme. Sila kelima ini mengandung nilai-nilai keadilan untuk mewujudkan kehidupan yang baik dalam bermasyarakat maupun bernegara. Contoh tantangan pada sila kelima ini yaitu adanya penguasaan pasar oleh para kaum pemilik modal besar, sedangkan kaum dengan modal kecil akan terpinggirkan. Selain pada bidang berekonomian, tantangan aktualisasi ini juga terjadi pada bidang hukum karena menurut saya hukum kita ini masih terlalu runcing ke bawah dan tumpul ke atas. Ini menyebabkan kesengsaraan bagi rakyat kecil dan untuk kaum golongan atas hukum ini akan disepelekan. Berbagai tantangan dari kelima sila dalam Pancasila di era globalisasi ini sudah sepatutnya lebih diperhatikan oleh pemerintah atau mungkin bisa kita mulai dari diri kita sendiri. Mari kita tanamkan nilai-nilai Pancasila pada diri kita masing-masing dengan pemahaman yang benar. Jangan sampai nilai-nilai luhur Pancasila yang telah dibentuk oleh para pendahulu kita ini tergerus oleh adanya globalisasi. Bahkan seharusnya Pancasila ini digunakan penyaring atau filter bagi diri kita untuk menghadapi berbagai dampak negatif yang ada di era globalisasi. Dengan kita menyaring dampak negatif dari globalisasi, diharapkan kehidupan berbangsa dan bernegara kita dapat berjalan dengan aman dan tentram.


Kegaduhan Medsos Ancam Pancasila, Transformasi Digital Butuh Kemandirian



Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Sabtu, 27 Februari 2021 - 16:49 WIB oleh Agung Bakti Sarasa dengan judul "Kegaduhan Medsos Ancam Pancasila, Transformasi Digital Butuh Kemandirian". Untuk selengkapnya kunjungi:
https://nasional.sindonews.com/read/348846/15/kegaduhan-medsos-ancam-pancasila-transformasi-digital-butuh-kemandirian-1614416527

    BANDUNG - Selain menghadirkan sisi positif, maraknya penggunaan media sosial (medsos) di era digital saat ini menimbulkan dampak negatif, salah satunya maraknya hoaks atau kabar bohong yang mengancam Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia. Bahkan, medsos kini diibaratkan sebagai "keranjang sampah" mengingat banyaknya disinformasi yang dikhawatirkan bakal berdampak luas terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat. "Pengguna medsos di Indonesia 196,7 juta orang. Medsos jadi ajang aktivitas sosial, itulah yang menyebabkan muncul kegaduhan-kegaduhan di media sosial. Media sosial jadi sumber disinformasi, fakta-fakta dikesampingkan dan keyakinan didahulukan. Itulah post truth paradocks of democracy," tutur Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo)Henry Subiakto dalam Webinar Series yang digelar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Sabtu (28/2/2021).Baca juga: Bisnis Digital dan Aktuaria, Dua Jurusan Baru yang Banyak Diburu Terlebih, lanjut Henry, medsos kini marak digunakan sebagai jalan masuknya ideologi transnasional dan radikalisme. Kedua ideologi itu akan sangat berbahaya jika bersinergi dengan kekuatan politik praktis. "Apalagi, sampai saat ini, masih ada pihak-pihak yang ingin mengubah ideologi pancasila. Ini adalah konsekuensi ideologi transnasional," katanya. Dalam Webinar Series yang mengusung tema Gotong Royong Mengaktualisasikan Pancasila: Pers Sebagai Akselerator Perubahan Melalui Media itu, Henry menegaskan di tengah kondisi tersebut, peran pers sangat dibutuhkan. Menurutnya, pers menjadi benteng untuk mem-filter ideologi transnasional dan proxy asing. "Di era digital, pers dituntut berperan aktif menjaga nilai kebangsaan dan ruang digital dan tidak membiarkan media sosial menjadi 'keranjang sampah'," ucapnya. "Jangan biarkan media sosial ini jadi 'keranjang sampah' yang berisi sumpah serapah, fitnah, gibah karena akan merugikan pers sendiri," sambung Henry.Baca juga: Kemandirian Digital Harus Didukung Regulasi yang Memadai Henry mengaku prihatin dengan masih adanya pers yang mengenyampingkan prinsip norma umum atas nama kebebasan berpendapat, seperti melakukan fitnah tanpa bukti. "Di sinilah dibutuhkan gotong royong sebagai implementasi Pancasila. Peran pers dibutuhkan untuk membantu membumikan Pancasila. Apalagi, pers kita ini adalah pers Pancasila," katanya.


Sumber informasi dari :

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Tantangan Pancasila di Era Globalisasi", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/hendriarmandapridianto8827/60968f0dd541df10ac478ef2/tantangan-pancasila-di-era-globalisasi

Aulia, S. S. 2017. Pancasila di Arus Globalisasi dalam Memperkuat Reformasi Moral Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan 2017.

Silitonga, T. B. 2020. Tantangan globalisasi, peran negara, dan implikasinya terhadap aktualisasi nilai-nilai ideologi negara. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan, 17(1), 18-22.

https://www.kompasiana.com/hendriarmandapridianto8827/60968f0dd541df10ac478ef2/tantangan-pancasila-di-era-globalisasi?page=2&page_images=1

Baca artikel detiknews, "Cegah Hoaks, BPIP Gelar Webinar soal Implementasi Pancasila di Medsos" selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-5474239/cegah-hoaks-bpip-gelar-webinar-soal-implementasi-pancasila-di-medsos.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Mengenal BItcoin dan Cara Mendapatkannya

Kumpulan Soal Latihan USBN

Silahkan Download Soal-soal Latihan USBN di Bawah ini! Latihan soal USBN Pertama                  https://goo.gl/NFbdKo Latihan s...